Kamis, 11 Oktober 2012

Diposting oleh Unknown di 08.32 0 komentar

 


 SEBUAH MUKENA

            Aku tinggal di sebuah rumah yang dulunya sebuah barak prajurit. Barak prajurit itu disulap menjadi beberapa rumah yang bagian ruang tamunya hanya disekat dengan selembar triplek. Ya itulah rumahku... kalian tentu dapat menebak apa pekerjaan ayahku. Benar.... ayahku adalah seorang prajurit rendahan yang hanya bisa tinggal di sebuah barak bersekat yang tidak punya rumah dan tidak mampu mengontrak. Kami sekeluarga sering ditinggal tugas keluar pulau bertahun-tahun dan pulang ke rumah hanya sebulan. Bahkan, kata ibu saat ibu mengandungku sampai lahir ayahku masih bertugas. Malah saat ayahku pulang seakan-akan aku tidak mengenalnya dan itu membuat sedih ayahku.Tapi itulah resiko yang ditanggung oleh keluarga prajurit
          Setiap hari aku sholat hanya dengan memakai selembar jarit (selendang panjang khas Jawa). Maklumlah , terlalu berat untuk membeli sebuah mukena. Dengan memakai beberapa cemiti , mbak Yuro tetanggaku memakaikan jarit  ke tubuhku. Waktu itu aku tidak tahu itu sudah memenuhi  syarat sholat atau tidak. Pokoknya aku ingin sholat itu aja.Dalam setiap doaku aku hanya berharap aku ingin dapat mukena tanpa minta kepada orang tua karena sesekali aku kesakitan saat beberapa cemiti yang mengenai tubuhku. Diam-diam takmir masjid melihatku sambil tersenyum. Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun berlangsung seperti itu. Alhamdullilah karena tubuhku kecil tetep muat.
           Alhamdulillah, sebelum jarit itu sobek karena sering dipakai dan dicuci ada berita gembira aku memenangkan sebuah lomba menulis cerita yang diselenggarakan oleh takmir masjid pada waktu peringatan Maulud Nabi.




Senin, 08 Oktober 2012

Diposting oleh Unknown di 11.37 0 komentar
PENGORBANAN SANG PENGHAPUS


         Pagi itu meja belajar terlihat ramai oleh suara peralatan. Si pensil berteriak-teriak senang karena pagi itu sudah pasti Andi akan membawanya. "Asyik aku akan di ajak lagi ke sekolah", teriak pensil. "Ah ... pensil bukan kamu saja yang akan di ajak oleh Andi tetapi semua peralatan tulis ini," sahut buku. "Benar, memang semuanya ikut tapi belum tentu semua di pakai oleh si Andi, " jawab pensil. "He...... jangan sombong , Kau," seru buku. Semua tiba-tiba terdiam ketika Andi memasuki kamar.  Andi segera memasukkan semua peralatan tulis ke dalam tempat pensil dan bergegas berangkat ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Andi segera menuju ke kelasnya karena ibu guru sudah berada di kelas. Pagi itu Andi dan teman-temannya di minta ibu guru untuk membuat cerita tentang liburan sekolah. Pensil segera di ambil. Andi mulai menulis satu demi satu kata tetapi tiba-tiba kata yang ditulis Andi salah. Segera Andi mengambil penghapus yang pendiam. Penghapus itu segera digosokkan pada tulisan pensil yang salah. Hal itu terjadi berulang kali sampai bagian tubuh penghapus mulai menipis. 
       Setelah selesai mengerjakan tugas, Andi tampak bangga melihat hasil tulisannya. Segera Andi memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tempat pensil dan beristirahat karena bel berbunyi. Di dalam kotak pensil, si pensil terdiam tidak seperti saat berada di rumah. Lalu tiba-tiba, penggaris bertanya. "Kenapa kau terdiam pensil?". Si pensil diam tidak menjawab. "Apakah yang kau pikirkan, bukankah kau yang selalu mengatakan kau paling berjasa dari yang lainnya,?" sahut si penggaris. Pensil tampak semakin sedih dan kemudian berkata. "Teman-teman, maafkan aku, aku tidak sepatutnya menyombongkan diri. Aku baru sadar tadi, karena setiap kesalahanku selalu dihapus oleh penghapus sampai bersih dan itu dilakukannya berulang kali". "Si penghapus tidak sesombong aku walaupun sampai tubuhnya menipis hanya karena menghapus semua kesalahanku", sahutnya sambil berurai ar mata. "Sudahlah, pensil kau jangan bersedih, semua peralatan tulis itu mempunyai kegunaan masing-masing", jawab penghapus. "Kita tidak akan memusuhimu walaupun kau berulang kali bersikap begitu. Bukankah kita semua sahabat?

 


Minggu, 07 Oktober 2012

it's me

Diposting oleh Unknown di 12.30 0 komentar

 Aku adalah makhluk ciptaan Allah yang berperan sebagai seorang ibu, seorang istri, seorang sahabat dan seorang teman. Yang dilahirkan di sebuah kota kecil di Propinsi Timur yang mendapat julukan kota Brem. Ya . . . . benar yaitu kota Madiun. Tetapi aku tidak tinggal dikota kelahiranku karena harus merantau bersama orang tua yang sering berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Kata orang-orang aku adalah anak kolong yang merupakan sebutan anak dari seorang tentara. Tapi hal itu membuatku tidak takut pergi kemana-mana. Kota-kota di Jawa Timur banyak ku kunjungi. Termasuk beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Maklum setelah aku selesai sekolah di menengah atas, aku ikut UMPTN dan keterima.
 

KUMPULAN CERITA ANAK Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea